Epistemologi Barat dan Epistemologi Al Jabiri

Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).

Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar. Akal, akal budi, pengalaman, atau kombinasi akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal model‑model epistemologik seperti rasionalisme, empirisme, rasionalisme kritis, positivisme, feno­menologi dan sebagainya.

Dalam kajian epistemologi Barat, dikenal ada tiga aliran utama pemikiran, yakni empirisme, rasionalisme dan intuisionisme. Empirisisme mengakui pengalaman sebagai pengetahuan. Dasar bagi aliran ini adalah pengalaman langsung terhadap objek. Sesuatu bisa disebut pengetahuan jika ia bisa dikaji secara objektif dan empiris. Rasionalisme menyatakan sebaliknya. Rasionalisme menganggap pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Ukuran kebenaran adalah akal, karena indera memiliki kelemahan. Intuisionisme berpendapat indera dan akal keduanya memiliki keterbatasan. Indera dan akal hanya mampu menghasilkan kebenaran yang tidak utuh, sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh. Karena intuisi adalah suatu fakultas tertinggi yang dimiliki oleh manusia.

Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar. Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang.

Secara umum manusia dapat memperoleh pengetahuan dengan tiga cara; empirisisme, rasionalisme, dan intuisionisme. Itu dalam garis besarnya. Namun, secara umum pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan cara berpikir benar. Empirisime dan rasionalisme jelas keduanya menggunakan kerangka berpikir yang benar. Intusionisme paling tidak juga berawal dari latihan berpikir secara benar. Oleh karena itu, bukan saja tiap aliran memiliki kebnaran klaim dalam dirinya masing-masing, tetapi ketiganya disatukan dengan kaidah berpikir yang benar.

3 Metode Al Jabiri tentang epistemologi dan aspek-aspeknya

Ada tiga model sistem berpikir dalam Islam, yakni bayâni, irfâni dan burhâni, yang masing-masing mempunyai pandangan yang sama sekali berbeda tentang pengetahuan.

Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang didasarkan atas otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikan tanpa perlu pemikiran; secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran. Meski demikian, hal ini bukan berarti akal atau rasio bisa bebas menentukan makna dan maksudnya, tetapi tetap harus bersandar pada teks. Tradisi bayani menyandarkan kebenaran pada otoritas teks seperti yang berkembang dalam Usuh Fiqh, Ushul Hadits, dan Tafsir.

Pengetahuan irfan tidak didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada kasyf, tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Karena itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani, dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Masuk dalam pikiran, dikonsep kemudian dikemukakan kepada orang lain secara logis. Dengan demikian pengetahuan irfani setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan, (1) persiapan, (2) penerimaan, (3) pengungkapan, dengan lisan atau tulisan. Dalam nalar irfani kebenaran dicapai dengan riyadah (melatih intuisi) hingga Sang Kebenaran (al-Haq, Allah) menyingkapkan “kebenaran” kepada kita. Tradisi irfani berkembang di kalangan sufi

Nalar burhani berkembang dalam tradisi ilmu pasti dan sosial yang kebenarannya menuntut burhan (bukti), baik bukti empiris (indrawi), maupun logis. Burhani menyandarkan diri pada kekuatan rasio, akal, yang dilakukan lewat dalil-dalil logika. Perbandingan ketiga epistemologi ini adalah bahwa bayani menghasilkan pengetahuan lewat analogi furû` kepada yang asal; irfani menghasilkan pengetahuan lewat proses penyatuan ruhani pada Tuhan, burhani menghasilkan pengetahuan melalui prinsip-prinsip logika atas pengetahuan sebelumnya yang telah diyakini kebenarannya. Dengan demikian, sumber pengetahuan burhani adalah rasio, bukan teks atau intuisi. Rasio inilah yang memberikan penilaian dan keputusan terhadap informasi yang masuk lewat indera.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-Usul Desa Ngrayun

Proposal Pelatihan Kader Dasar PK.PMII Sunan Giri Ponorogo 2011

Neptu dino lan pasaran